Pramoedya Ananta Toer

21.42.00 2 Comments A+ a-

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer
Kata-kata Pram memang nampol banget. Usia buku bisa melebihi usia penulisnya. Sosok Pram masih hangat sampai sekarang lewat tulisan-tulisannya. Bahkan beberapa bukunya sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa. KEREN!
Saya suka menulis sejak duduk di bangku SD. Pelajaran Bahasa Indonesia menjadi favorit dan niali mapel itu seringkali mendongkrak nilai rapor yang jomplang gara-gara Matematika, ahahaha. Mengarang, berimajinasi, berpuisi, pidato, mendongeng, pokoknya yang berkelindan dengan itu, saya sangat suka.
Naik SMP dan kenal karya tulis ilmiah, akhirnya saya ikut menekuni kegiatan itu. Pada waktu guru Bahasa Indonesianya bernama Bu Sri Wagiyati. Beliau gak ngajar saya sih, kami akrab karena saya ikut beberapa karya tulis ilmiah dan sering ikut lomba bercerita yang kurang peminatnya, ahaha. Saya sering ikut lomba secara mandiri. Maksudnya, sering ikut-ikut lomba karena saya tahu pengumuman tersebut dari koran atau majalah dinding. Jadi ikut diam-diam tetapi pada akhirnya maju lomba didampingi oleh pihak sekolah.
Di tingkat SMP hanya menang 2 atau 3 saja. Belum pernah juara 1, tetapi seneng banget karena dapat uang saku, ekeke. Lomba menulis itu kayak ibarat candu. Paling susah mikir rumusan masalahnya. Kalau itu udah ketemu, biasanya lancar jaya. Eh gak juga ding, ada lika-likunya juga pas menganalisis masalah dengan kajian teorinya.
Beranjak ke SMA, saya mencoba men-challange untuk ikut lomba menulis karya ilmiah yang termasuk non fiksi di tingkat karesidenan. Beberapa kali ikut hanya juara 2 dan 3 saja dan kayaknya penasaran banget rasanya juara 1 itu seperti apa. Ekeke. Akhirnya, waktu saya kelas 3 dan ikut lomba menulis tentang corporate social responbility sebuah perusahaan. Waktu itu saya menulis tentang Tanggung Jawab PG Gondang Baru terhadap Hasil Limbah Tebunya. 3 bulan melakukan research dan melakukan wawancara dibantu Ajeng Nurlaila (padahal dulu kita berdua gak akrab lho, tapi dia mau bantuin nyebar angket, hihi) kepada masyarakat yang tinggal di sekitar PG Gondang Baru. Final presentasinya di Jogya dan saya diantar oleh guru pembimbing yang lagi-lagi kami akrab karena saya suka banget ikut lomba-lomba begini. Pas pengumuman dan saya juara 1, rasanyaaaaaa kayak pecah telur. Ahaha. Memang luar biasa senangnya saat tulisan yang kita buat dihargai oleh orang lain.
Selain menulis non fiksi, saya juga suka menulis cerita fiksi. Entah dalam bentuk puisi, cerpen dan sampai saat ini belum kesampaian buat nulis novel. Sudah membuat plot, setting dalam outline, tetapi mandeg di jalan. Makanya waktu kemarin lomba bikin cerita #LoveStory yang diadakan Mbak Maya Siswadi, saya ngebet pengen ikutan. Dan alhamdulillah juara 1 (*kalem).
Lebih suka Fiksi atau Non Fiksi?
Saya cinta keduanya. Tidak berat sebelah. Dulu sampai sekarang non fiksi lebih ke hal-hal yang berbau akademis. Sedangkan fiksi adalah selingan dari rutinitas, bisa juga menjadi self healing. Saya punya beberapa outline novel yang masih tersimpan di folder. Ingin menyelesaikannya karena itu adalah salah satu impian saya.
Tadi pagi pas duduk di KRL tiba-tiba saja Mbak Ella nge-tag Give away yang hadiahnya mentoring gratis untuk menerbitkan buku oleh kursus menulis online Smart Writer. Dibimbing langsung oleh Mbak Leyla Hana dan Mbak Riawany Elita yang telah menulis beberapa buku sehingga membuat saya ingin menjadi bagian untuk kursus menulis online Smart Writer yang mereka kelola. Duh, semoga berjodoh ya Mbak (*ngarep banget).
Seperti yang yang disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer, bahwa dengan menulis, nama kita akan abadi setelah mati. Jadi, hal tersebut memperkuat keinginan saya untuk SEGERA menyelesaikan outline dan menerbitkan sebuah-atau bahkan beberapa buah buku. Beberapa kali saya mengalami block writer sehingga outline naskah hanya berhenti pada wacana saja. Untuk itu, biar lebih terarah dalam proses menulis hingga buku tersebut terbit, saya butuh coach. Iyaaaa, saya pengen dimentori langsung sama Mbak Ella dan mbak Ria di kursus menulis online smart write.
Btw, selamat ulang tahun Smart Writer semoga makin jaya dan mencetak penulis-penulis andalan J.
1st Giveaway Smart Writer

2 komentar

Write komentar